Share this post on:

Saya bocorkan saja kriteria penilaian untuk Scopus Q1 yang saya dimana menjadi reviewer. Berikut adalah kriteria peniliannya: yang saya translatekan dari Bahasa Inggris.

1. Orisinalitas: Apakah manuskrip ini berisikan informasi baru dan signifikan yang cukup untuk menjustifikasi publikasi?

2. Hubungan dengan tinjauan pustaka: Apakah manuskrip ini menunjukkan pemahaman yang memadai tentang literatur yang relevan di bidang ilmu/disiplin dan mengutip berbagai sumber literatur yang sesuai? Apakah ada artikel penting yang diabaikan?

3. Metodologi: Apakah argumen manuskrip dibangun di atas dasar teori, konsep, atau ide yang sesuai? Apakah penelitian atau karya intelektual yang menjadi dasar manuskrip ini telah dirancang dengan baik (research design)? Apakah metode yang digunakan sesuai?

4. Hasil: Apakah hasil disajikan dengan jelas dan dianalisis dengan tepat? Apakah kesimpulannya berhasil menyatukan dan mewakili elemen-elemen lain (mis: hasil, sample, teori, konsep) menjadi satu kesatuan utuh dari manuskrip ini?

5. Implikasi untuk penelitian untuk praktiksi, dan / atau masyarakat: Apakah makalah ini mengidentifikasi dengan jelas segala implikasi untuk praktiksi, dan / atau masyarakat? Apakah manuskrip ini menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik? Bagaimana penelitian dapat digunakan dalam praktik (dampak ekonomi dan komersial), dalam pengajaran, untuk mempengaruhi kebijakan publik, dalam penelitian (berkontribusi pada tubuh pengetahuan (body of knowledge)? Apa dampaknya terhadap masyarakat (mempengaruhi sikap publik, mempengaruhi kualitas hidup)? Apakah implikasi ini konsisten dengan temuan dan kesimpulan makalah?

6. Kualitas Komunikasi: Apakah manuskrip ini secara jelas mengungkapkan masalah yang diangkat, diukur dengan bahasa teknis di lapangan dan pengetahuan yang diharapkan dari pembaca jurnal? Apakah sudah mengandung kejelasan dalam penggunaan kata yang akademik, seperti struktur kalimat, penggunaan jargon, akronim, dll.

Jika anda bisa memenuhi semua kriteria diatas anda pasti bisa lolos Scopus.

Sayangnya dimana kebanyakan tulisan orang kita sangat lemah di tinjuan pustaka dan kebanyakan tulisan kurang kritis (criticial writing).

Kelemahannya antara lain:

  1. Terlalu deskriptif, seperti membaca berita atau brosur.
  2. Tidak membaca literatur yang terkini dan relevan
  3. Dangkal dan tidak tajam mengulas karena terlalu mengandalkan satu-dua literatur
  4. Tidak ada tulisan yang mempertentangkan atau mengamini penelitian sebelumnya, dan tidak menawarkan solusi dari penelitian-penelitan sebelumnya; alias tidak ada sesuatu yang baru.
  5. Tidak mensistesis artikel yang ada malahan kebanyakan hanya summary, melihat kesamaan dan perbedaan tapi tidak menelaah lebih dalam tentang main idea 💡 dari masing2 artikel untuk kemudian disintesiskan.
  6. Tidak bisa diterapkan di negara lain (paling tidak, bisa diterapkan juga di negara tetangga) dalam artian, hanya bisa untuk di negara tempat peneliti meneliti saja. >> ini poin yang paling penting, profesor saya editor Scopus Q1 yang terkenal di bidangnya kasi saran kepada saya: “Apa kamu mau capek capek membaca artikel jurnal tapi tidak bisa diambil ilmunya dan hanya bisa diterapkan di desa atau negaranya asal penulis saja??

Saya ada beberapa kali menghadiri ujian terbuka doktor disini, dimana topiknya tidak mengandung kebaruan (novelty). Karena mereka tidak cukup membaca literatur di luar negeri. Ibaratmya di ujian terbuka doktor, si calon doktor mengatakan : ini kebaruan saya, saya menemukan mobil dengan bahan bakar bensin, dimana sebelumnya hanya ada delman. Padahal kenyataanya di dunia sudah menggunakan mobil listrik. begitu kira2.

Bapak dan Ibu para senior yang selama ini suka mengeluh dan menulis di medsos dan media lainnya tentang scopus, coba berikan kami solusi, bagaimana kami bisa mengukur keilmuan bapak dan ibu serta kami, jika bapak dan ibu hanya membaca artikel berbahasa indonesia saja. Mungkin argumen keluhan ini cukup masuk akal jika negara kita adalah negara adi daya/ adi kuasa dimana kita negara adi kuasa tidak perlu belajar dari negara yang terbelakang. Bahwa hanya tulisan dari ilmuwan kita saja yang valid di planet bumi yang luas ini.

Share this post on:
Avatar Indra

Author: Indra

Saya adalah dosen tetap di Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Bali. Bidang yang saya suka adalah disaster management, heritage tourism, E-tourism dan juga Research Methods.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *