Ijinkan saya menjawab, menginterview narasumber di bidang akademik bukan seperti Najwa Shihab interview para narasumber di acaranya. Kadang mahasiswa saya begitu terpesona dengan cara Najwa menginterview, dont get me wrong mba Najwa itu hebat loh, dia bisa membuat hidup suasana di acaranya. Pertanyaannya luar biasa dan cara dia menanggapi dan menyimpulkan juga berkelas makanya enak ditonton. Dia itu sebenarnya selain menginterview, dia bertugas memoderasi, dia harus memastikan para informannya engaging sehingga acara menjadi menarik dan ini sangat sulit, sulit sekali. Dia sendiri sebenarnya main character di acaranya, bintang tamunya selain narasumber ya sebagai guest star, namanya aja bintang tamu.
Jika kita jadikan diri kita main character dalam wawancara informan untuk skripsi, ya salah besar.. saya yakin narasumber anda akan berpikir: ” duh anak ini, pake acara nyela lagi, saya mau cerita lengkap jadi males, saya jadi lupa mau ngomong apa, tingkah laku agresifnya membuat saya gak konsen”. Jadi saran saya, ketika menginterview petani, peternak atau masyarkat kebanyakan, jangan seolah-olah anda berada di acara Rosi atau Najwa. Anda disana untuk mengorek sebanyak-banyaknya keterangan dari informan bukan menjadi main character.
Kelemahan kita sebagai pewawancara mula adalah, informan menganggap kita bocil/mahasiswa dia akan cerita ngalor ngidul kemana2, menceritakan kehebatan dirinya, anak cucunya. Jika informan melenceng menjawab kemana-mana atau curhat, bisa kok disela, cara menyela yang sopan seperti: anda menjatuhkan pulpen, atau pura-pura batuk, atau pura-pura ada serangga atau lalat sambil menepuk tubuh anda sendiri sambil bilang: duh pak/bu, maaf tadi ada binatang kecil, kemudian lanjutkan ke pertanyaan berikutnya….
Mungkin dosen lain ada yang mau menambahkan? sekalian kita sharing disini..