Share this post on:

Anda benar-benar harus menguasai dan bisa melakukan critical analysis untuk tinjauan pustaka.

Bahkan kemarin saya menguji tesis, saya tanya: ya ini hasil anda bagus tapi apa arti penelitan ini?? Posisi penelitian anda dimana? apa kontibusinya? Penelitan kualitatif yang bagus itu membuat pembacanya berkata:wah, bener juga ya, gak kepikiran sebelumnya atau wow sudut pandang baru nih dan oh akhirnya saya mengerti gambaran besarnya sekarang. Sayangnya banyak yang disini masih di tingkat menjelaskan alias deskriptif

untuk analoginya adalah: ada yang menjawab pertanyaan gosip artis di quora, comot foto di internet, terus komentari kehidupan artis dari sudut pandangnya saja, yang anda dapat ambil hanya opini dia (suka/tidak suka). Tapi ada yang menjawab dengan mengaitkan dengan teori/konsep sosiologi/psikologi dan menjelasakan mengapa artis itu melakukan sikap seperti itu. Yang baik tentunya yang terakhir, jadi kita bisa tahu mengapa seorang artis melakukan tindakan seperti itu, pada akhirnya kita bisa melihat the bigger picture atau melihat dari vantage pointnya.

Penelitian kualitatif yang baik sekali lagi mengharuskan peneliti untuk benar benar membaca yang banyak agar bisa memberikan diskusi dan pembahasan yang komprehensif. Jika anda masih di S1, saya lebih cenderung menyarankan anda bermain di angka, berpengaruh dan tidak pengaruh,pembobotan dll.. S2 baru memulai di kualitatif. Karena dalam pemikiran saya, ketika anda sudah S2, kemampuan bahasa inggris anda sudah meningkat dan artinya anda siap untuk lebih banyak membaca artikel bahasa inggris yang dimana akan membuat suatu penelitian kualitatif yang baik.

Yang saya prihatikan di skirpsi S1 disini adalah selalu jawaban untuk menganalisis data adalah deskriptif kualitatif dan cenderung mencocok cocokan hasil wawancara yang di dapat di lapangan.

Seharusnya penelitian kualitatif yang baik itu melewati protocol.. (bukan prokes ya 🙂 yang jelas. Protocol ini harus dipatuhi dan jelas sehingga nanti pembaca tau darimana anda bisa come up with these findings.

Ya saya ambil contoh dalam hal mengcoding wawancara.

Ini sebenarnya yangharus dilakukan oleh penulis artikel kualitatif yang baik dalam menganalisis data yang didapat, bukan mencocok-cocokan jawaban dari participants.

SEMOGA BERGUNA

Share this post on:
Avatar Indra

Author: Indra

Saya adalah dosen tetap di Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Bali. Bidang yang saya suka adalah disaster management, heritage tourism, E-tourism dan juga Research Methods.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *